Tidak banyak yang tahu tentang indahnya eksotisme
salah satu pegunungan yang terdapat di Sulawesi Selatan ini, khususnya
bagi kawan - kawan diluar sulawesi seperti kami, apalagi bila bicara tentang
sejarah pegunungan Latimojong tersebut. Pegunungan Latimojong terkenal dengan 7
puncak tinggi yang dimilikinya, satu puncak yang kami capai yakni puncak Rante
Mario dengan Ketinggian lebih Dari 3400 meter di atas permukaan laut.
Pegunungan Latimojong sendiri secara administrasi terdapat di Kabupaten Enrekang,
Tana Toraja, dan Palopo, namun lazimnya pendakian melewati kabupaten Enrekang
tepatnya di Kecamatan Baraka.
Bersama warga Dusun Rantelemo
Dilatar Belakangi keinginan
bersama untuk memperdalam ilmu kepencinta alaman, kami yang tergabung dalam
MAPALA TEKNIK di Fakultas Teknik Universitas Mulawarman bertekad penuh untuk
hijrah ketanah celebes bertemu dengan sesama saudara P.A yang terkenal solid,
besar, dan banyak dengan berbagai tingkatan keilmuan mereka dan prinsip
kekeluargaan yang sama. Perjalanan selama sebulan penuh ini kami awali dengan
bertemu puncak tertinggi di tanah celebes yang terdapat di Pegunungan
Latimojong.
Perjalanan menuju puncak
latimojong tersebut memberikan banyak pengalaman bagi kami, salah satunya ujian
fisik dan mental bagi pendaki pemula yang sebagian besar anggota belum pernah
sama sekali melakukan pendakian. Diawali dengan perjalanan darat yang sangat
jauh dari Kota Makassar selama kurang lebih 6 jam perjalanan dengan bus, dan
dilanjutkan menggunakan kendaraan "trek" istilah populer bagi
penduduk kampung sekitar kaki gunung yang mendefinisikan truk pengangkut bahan
logistik masyarakat sekitar dan bahan sayuran hasil produksi perkebunan wilayah
tersebut. Trek ini merupakan truk 4 roda dengan bak terbuka yang dipagari besi
dengan ketinggian sebatas dada orang dewasa. Sekitar tengah malam kami tiba di
dusun Rantelemo, dusun terakhir yang bisa dicapai kendaraan, suhu dingin yang
sangat tidak biasa kami rasakan di Kalimantan merupakan ujian awal terberat
bagi kami yang mau tidak mau membutuhkan upaya adaptasi lingkungan lebih,
bersyukur dengan segala persiapan yang telah di rencakan kami mampu melewati
malam pertama diatas ketinggian 1000 mdpl tersebut.
Pagi - pagi sekali kami harus
siap dengan kondisi melanjutkan perjalan menuju dusun karangan, dusun terdekat
dengan puncak latimojong, dengan penuh semangat dan tekad serta jargon
"dusun terdekat" tadi kami terus mempertahan semnagat juang yang
telah dibangun, berjalan kaki dengan beban yang lumayan berat serta medan yang
cenderung selalu mendaki merupakan ujian kedua bagi tim, disini sudah mulai
terlihat bahwa istilah "bisa karena terbiasa" tersebut memang suatu
ungkapan nyata bagi kegiatan petualangan, bersyukurlah kami yang didampingi
beberapa saudara PA di Makassar mampu sedikit mengurangi beban ujian yang ditanggung,
saudara yang telah berpengalaman, banyak memberikan support dan bantuan moril
bagi anggota tim sehingga kami sanggup melewati ujian kedua perjalanan ini,
tepat hingga sore hari kami tiba di dusun karangan, sebuah dusun yang penuh
kesehajaan dikelilingi keindahan khas dataran tinggi dengan suhu yang relatif
sangat dingin. Disini terdapat banyak perkebunan kopi, yang merupakan branded
khas dusun karangan, sayang karena banyak persiapan yang diutamakan kami belum
bisa menikmati nikmatnya kopi asli.
Perjalanan Menuju Puncak
Untuk menuju puncak rantemario,
secara reguler kami harus melewati 8 pos bila diawali dari dusun karangan.
Dalam perjalanannya, terdapat banyak keindahan – keindahan alam khas pegunungan
yang tidak lazim kami temui yang mampu mengobati capeknya fisik kami. Perjalanan
ini sendiri penuh dengan kegiatan menanjak, bahkan sangat jarang kami temukan
medan datar apalagi turunan, ini yang memberikan kekhasan dari pegunungan
latimojong tersebut. Selama perjalanan banyak yang mengalami penurunan fisik
secara drastis dan berbagai indikasi beberapa anggota yang mengalami gejala mountain
sickness seperti batuk – batuk, mual, nafas terhimpit, bahkan pada saat
perjalanan menuju pos 5 banyak anggota tim yang tertidur secara tidak sengaja
akibat kurangnya asupan oksigen dalam otak dan rasa capai yang tidak bisa di
tahan lagi. Hingga akhirnya penasihat teknis memutuskan untuk melakukan
penginapan di pos 5 tersebut.
Perjalanan menuju pos selanjutnya
jauh lebih berat, tenaga yang sudah terkuras, gejala penyakit gunung yang mulai
dirasakan semua anggota tim dan kondisi ketinggian yang sangat tidak biasa kami
rasakan merupakan ujian yang kesekian kali kami rasakan dan salah satu yang
terberat dalam pendakian tersebut, belum lagi dengan berbagai macam cobaan
mental yang muncul antar anggota tim turut menambah ragam ujian sekaligus ilmu
pengalam baru yang kami rasakan sebagai petualang dan pencinta alam pada
khususnya. selalu yang menjadi kutipan kami bersama oleh penasihat teknis,
bahwa yang paling menyenangkan dalam kegiatan pendakian adalah “istirahat”, dan
hal menyenangkan lainnya dari kegiatan pendakian bahwa seorang pendaki yang
inin mencapai puncak atau mengagalkan dirinya karena berbagai hal yang ia
rasakan, ia harus selalu ‘berjalan”.
Tepat di hari ke empat perjalanan
setelah semalam kami menginap di pos 7, pos favorit pendaki menginap sebelum
mencapai puncak dengan ketinggian sekitar 3100 mdpl, kami berniat mencapai
puncak rantemario setelah melewati pos 8 dan 9. Dengan sisa fisik yang ada dan
sisa logistik yang dimiliki akhirnya kami sampai di tanah tertinggi pulau
Sulawesi tersebut, Buntu Rantemario (rd; Puncak rantemario) dengan ketinggian
sekitar 3450 mdpl. Di perjalanan menuju puncak tersebut masih banyak terdapat
vegetasi khas dataran tinggi, pohon – pohon yang tak lebih dari 2 meter
tingginya, tanaman paku raksasa, dan semak – semak yang disela – selanya
terdapat bunga abadi, bunga edelweiss. Kurang lebih selama satu jam berada di
puncak memanjatkan rasa syukur atas segala kesehatan dan kesempatan yang telah
diberikan sang khalik, serta berdoa dan bersuka cita atas capaian kami bersama,
kami memutuskan kembali turun menuju dusun karangan. Dalam perjalanan turun
gunung tersebut kami harus bermalam di pos 2 dikarenakan kondisi waktu yang
terlanjur malam, dan beberapa anggota yang mengalami gelaja sakit yang
membutuhkan waktu istirahat lebih. Di pos 2 juga merupakan pos favorit pendaki
karena posisinya berada tepat di pinggir aliran sungai besar dan terdapat goa
Sarung Pakpak goa kecil tepat di atas aliran sungai deras persis seperti
beranda rumah.
Bersama beberapa anggota di Puncak rantemario dengan kondisi badai dan kabut hingga suhu hampir minus 3 derajat
Alam merupakan sumber ilmu pengetahuan
dan wujud nyata keberadaan ilahi, semakin dekat kita dengan alam, maka logikanya
kita akan semakin dekat dengan-Nya lewat rasa syukur, serta tafakur atas segala
rahmatnya akan salah satu ciptaan besarnya ini. Maka prinsip kecintaan terhadap
alam itu sendiri merupakan prinsip hakiki seorang manusia sebagai hamba Allah
swt. Keep it straigt! Lestari!
Lestari!!!
Febri Subekti
03.002.MAPALA-TEKNIK.09
Tidak ada komentar:
Posting Komentar